KEALLAHAN
- David Syahputra
- Nov 8, 2024
- 4 min read
Updated: Jun 25
PENGETAHUAN MENGENAI ALLAH
Telah banyak teori yang dilontarkan ‘untuk menjelaskan ihwal Allah, banyak pula sanggahan untuk Dia dan menentang adanya Dia, hal ini menunjukkan bahwa akal budi manusia tidak mampu menembus yang Ilahi. Kalau bergantung kepada akal budi manusia saja untuk menyelidiki mengenai Tuhan sama saja dengan menggunakan sebuah kaca pembesar untuk mempelajari ilmu perbintangan. Karena itu, bagi banyak orang hikmat Tuhan adalah “hikmat yang tersembunyi” (1 Kor. 2:7).
Salah satu perintah Tuhan yang sangat mendasar dari Kitab Suci ialah supaya mengasihi “Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat. 22:37; bandingkan dengan Ul. 6:5). Kita tidak dapat mengasihi seseorang yang sama sekali tidak kita kenal, bahkan kita tidak dapat menyelidiki perkara-perkara Allah yang sangat mendalam (Ayb. 11:7). Kalau begitu, bagaimanakah kita dapat mengenal serta mengasihi Pencipta kita?
Allah Dapat Diketahui atau Dikenal
‘Kekristenan bukanlah sebuah catatan dari hal pertanyaan manusia mengenai Allah; melainkan hasil pernyataan Allah dari hal diri-Nya dan maksud-tujuan-Nya kepada manusia.” Pernyataan diri ini direncanakan untuk menjembatani jurang antara dunia yang memberontak dengan Tuhan yang pemurah. Pernyataan kasih Allah yang terbesar melalui pernyataan-Nya yang paling agung, yakni dengan kehadiran Yesus Kristus, AnakNya itu. Melalui Yesus kita dapat mengenal Dia, sang Bapa. Sebagaimana Yohanes mengatakan, “Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar” (1 Yoh. 5:20).
Yesus berkata, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh. 17:3).
Memperoleh Pengetahuan Mengenai Allah. Tidak seperti pengetahuan lainnya, pengetahuan mengenai Allah sama kadarnya antara hati dengan pikiran. Pengetahuan yang demikian mencakup keseluruhannya, tidak hanya intelek saja. Harus ada keterbukaan terhadap Roh Kudus dan kemauan untuk melakukan kehendak Allah (Yoh. 7:17; bandingkan Mat. 11:27). Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5: 8).
Cara untuk mempelajari pengetahuan mengenai Allah dari Alkitab berbeda dengan segala macam metode pengetahuan. Kita tidak boleh menempatkan diri kita sendiri di atas Allah dan memperlakukan-Nya sebagai objek analisis dan objek ukuran.
EKSISTENSI ALLAH
Ada dua sumber utama bukti adanya Tuhan, yakni: buku alam dan Kitab Suci.
1. Bukti dari Penciptaan
Daud menulis, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mzm. 19:2). Paulus pun menyatakan, “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya; yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih” (Rm. 1:20).
2. Bukti dari Kitab Suci. Alkitab tidak membuktikan adanya Allah. Melainkan menganggapnya ada. Pada pembukaan Alkitab itu menyatakan, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej.1:1): Alkitab menggambarkan Allah sebagai Pencipta, Penyokong dan Pemerintah semua makhluk ciptaan. Cukup banyak bukti tentang adanya Allah yang meyakinkan siapa pun yang dengan sungguh-sungguh berusaha mencari kebenaran mengenai Dia. Namun demikian, iman adalah prasyarat karena”tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah
ALLAH BERDASARKAN KITAB SUCI
Alkitab menyatakan ciri-ciri hakiki Allah melalui nama-Nya, kegiatan-kegiatan dan sifat-sifat-Nya.
Nama-nama Allah. Pada masa Alkitab ditulis, nama amat penting sebagai mana pada umumnya kebiasaan yang masih berlaku sekarang ini di Timur Dekat dan Timur. Ada nama yang dianggap menunjukkan sifat-sifat pemiliknya, bagaimana sifatnya yang sebenarnya dan berikut identitasnya Nama-nama Ibrani El dan Elohim (“God”) menunjukkan kuasa Tuhan Allah. Digambarkannya Tuhan sebagai Oknum yang kokoh dan perkasa, Tuhan pencipta semesta (Kej. 1:1; Kel. 20:2; Dan. 9:4). Elyon (“Yang Mahatinggi”) dan El Elyon (“Allah Yang Mahatinggi”) berfokus pada peninggian kedudukan-Nya (Kej. 14:18-20; Yes. 14:14). Adonai (Tuhan) menggambarkan Allah sebagai Penjaga dan Pembela (Yes. 6:1; Mzm. 35:23). Nama-nama ini menekankan sifat Allah yang agung dan amat mulia. Nama-nama lain yang dimiliki Allah menunjukkan kesediaan-Nya menjalin hubungan dengan umat manusia. Shaddai (“Yang Mahatinggi”) dan El Shaddai (“Allah Yang Mahatinggi”) menggambarkan Allah Yang Mahatinggi yang menjadi sumber berkat dan penghiburan (Kel. 6:3; Mzm. 91:1). Nama Yahweh diterjemahkan Jehovah atau Tuhan, menekankan janji setia Allah dan kemurahan-Nya (Kel. 15:2, 3; Hos. 12:5, 6) Di dalam Kel. 3:14, Yahweh menggambarkan diriNya sebagai “AKU ADALAH AKU,” atau “AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu,” menunjukkan hubungan-Nya yang tidak dapat diubah terhadap umat-Nya. Dalam beberapa peristiwa malahan Tuhan Allah menyatakan diri-Nya dengan cara yang sangat akrab dengan sebutan “Bapa” (Ul. 32: 6; Yes. 63:16; Yer. 31:9; Mal. 2:10), menyebut orang Israel dengan “Israel ialah anak.
Kegiatan-kegiatan Allah
Ia diperkenalkan sebagai Pencipta (Kej. . 1:1; Mzm. 24:1, 2), Penopang dunia (Ibr. 1:3), dan Penebus serta Juruselamat. (UI. 5:6; 2 Kor. 5:19), mengangkat beban demi kepentingan nasib manusia. Ia mengadakan rencana-rencana (Yes. 46: 11), ramalan (Yes. 46:10), dan janji-janji (Ul. 15:6; 2 Ptr. 3:9). Ia mengampuni dosa-dosa (Kel. 34:7), dan secara konsekwen menerima ibadah, kita (Why. 14:6,7).
Ciri-ciri Allah
Ia Mahatahu, mengetahui segala sesuatu (Ayb. 37:16; Mzm. 139:1-18; 147:5; 1 Yoh. 3:20), karena sebagai Alfa dan Omega (Why. 1:8), Ia mengetahui akhir dari permulaan. (Yes. 46:9-11). Allah Mahahadir (Mzm. 139:7-12; Ibr. 4: 13), melebihi semua ruang. Bahkan Ia hadir dalam setiap bagian ruang, Ia abadi (Mzm. 90:2; Why. 1:8), melebihi batas waktu, namun demikian hadir sepenuhnya dalam setiap saat. Allah penuh kuasa, Mahakuasa. Oleh karena itu, tidak ada yang tidak mungkin bagiNya untuk menjamin bahwa Ia memenuhi apa saja yang dimaksudkan-Nya. (Dan. 4:17, 25, 35; Mat. 19:26; Why. 19:6). Ia kekal— atau tidak dapat diubah—karena sesungguhnya Ia sempurna. Ia berkata, “Bahwasanya Aku, Tuhan, tidak berubah” (Mal. 3:6; baca Mzm. 33:11; Yak. 1:17). Oleh karena itu, ciri-ciri ini menyatakan bahwa Allah itu kekal selama-lamanya.
FOKUS KESELAMATAN
Dialah bayang-bayang pengharapan yang dinyatakan dalam korban-korban serta perayaan-perayaan dalam Perjanjian Lama. Dialah yang menjadi titik pusat dalam Injil. Dialah Kabar Baik yang diberitakan oleh murid-murid melalui khotbah-khotbah dan tulisan-tulisan—Pengharapan yang kudus.
Dengan memandang kepada salib, kita memandang ke dalam hati Allah. Di dalam alat penyiksaan itu Ia mencurahkan kasihNya kepada kita. Melalui Kristus cinta kasih Keallahan memenuhi hati kita yang hampa dan menderita. Yesus tergantung di kayu salib sebagai karunia Allah dan pengganti bagi kita. Di bukit Golgota Allah turun ke bumi yang paling bawah untuk menemui kita; akan tetapi itulah tempat yang paling tinggi yang dapat kita tuju.
Comments